Eh, Ternyata Rumah tidak Bocor Lagi!
Sutiyanah (43) adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami dan dua anaknya. Suami Sutiyanah bernama Sakri (62) bekerja sebagai tukang ojek dengan penghasilan tidak menentu tiap harinya. Kadang hanya Rp30.000/hari. Sutiyanah menggunakan penghasilan suaminya untuk memenuhi kebutuhan keluarga membeli bahan makanan pokok dan biaya sekolah anak. Tentu besarannya tidak cukup, beruntungnya Sutiyanah dapat dukungan dana rutin dari anaknya yang bekerja di luar kota sebesar Rp400.000/bulan.
Sutiyanah dan keluarga merupakan salah satu warga Desa Marga Mulya, Mauk, Kabupaten Tangerang yang menerima program bangunan baru rumah dari Habitat dan PT Lautan Luas. Ia merasa sangat bersyukur, impiannya untuk memiliki rumah yang layak dan nyaman telah terwujud. Ia dan keluarga bisa tidur nyanyak tanpa takut terjadi keborocan dan banjir saat hujan. “Alhamdulillah sekarang sudah punya rumah yang nyaman dan aman. Makasih banyak Habitat dan PT Lautan Luas.” ucap Sutiyanah.
Sebelumnya Sutiyanah dan keluarga tinggal di rumah bilik di Kampung Bebulak. Kondisi rumah bilik yang ditinggalinya sangat memprihatinkan. Lantai rumahnya masih beralaskan tanah, atap rumahnya masih menggunakan ijuk, dan lubang banyak ditemukan di biliknya. Jika hujan turun, kebocoran dan kemasukan air adalah sesuatu yang tidak pernah bisa dihindari. Sutiyanah dan keluarga sudah terbiasa hidup dengan kondisi tersebut selama 16 tahun. Pernah, suatu hari, ia dan keluarga sedang tidur, tiba-tiba mereka harus bangun karena menyadari kasurnya basah. Ternyata air banjir telah masuk ke dalam rumahnya dan membasahi kasurnya.
Meski sudah tinggal di rumah layak huni yang diterima dari Habitat, ternyata kondisi dan kejadian yang pernah dialami selama tinggal di rumah bilik sempat membayangi psikologis Sutiyanah dan keluarga. Saat itu hujan turun deras, Sutiyanah dan keluarga sedang tidur dikamar masing-masing. Lalu dengan spontan, Sutiyanah dan keluarga bangun, buru-buru keluar kamar mengambil baskom dan ember yang biasa ia gunakan untuk menampung air hujan saat terjadi bocor dirumah biliknya yang dulu. Ketika keluar kamar, ia dan keluarga baru sadar kalau rumahnya sudah bukan bilik lagi, melainkan bangunan kokoh dengan dinding menggunakan batu bata ringan, atap genteng, plafon, dan lantai keramik. RRumahnya kini sudah tidak bocor dan kebanjiran lagi. “Waktu awal-awal nempatin rumah, ujan gede banget neng. Saya, bapak sama anak lagi pada tidur di kamar. Si anak langsung keluar bilang ‘Mak, bocor mak, kebanjiran!’, kita semua buru-buru keluar kamar buat ambil baskom sama ember. Pas udah keluar kamar, eh ternyata udah nggak bocor. Saya sama keluarga ketawa semua. Rumah sekarang sudah bagus, aman, nyaman Alhamdulillah.” cerita bu Sutiyanah.
Tulisan by: Indah Mai – Mauk Project Community Organizer