Keluargaku adalah Rumahku
“Kalau alat itu tadinya ga ada mungkin kesulitan. Kita ga ada alat-alat. Mungkin alat seadanya, ya bisa lah cangkul, tapi kan orang lain juga pasti pada make”, ungkap Asep Tajudin, salah satu penyintas gempa Cianjur yang berasal dari Kampung Cipakucau, Desa Suka Jaya saat ditanya pendapatnya tentang RRK (Rubber Removal Kits) yang diberikan oleh Habitat Indonesia.
Sebagai salah satu karyawan di perusahaan besi baja, tidak asing jika siang itu Asep berada di pabrik dan sedang bekerja. Tiba-tiba ia dan rekan-rekannya merasakan mesin yang berat dan getaran di atap pabrik. “Langsung syok, getarannya besar, dan konstruksi besi goyangannya dahsyat”, ungkap Asep.
Masih dalam keadaan syok, ia menerima telepon dari istrinya. “Saat itu istri saya nelpon, divideon rumah udah ambruk, istri bilang ada gempa”. Mendengar kabar tersebut, Asep segera pulang, “Saya langsung minta izin pulang kepada atasan, langsung kesini”.
Asep berkata bahwa ia bersyukur saat kejadian istri dan kedua anak Asep masih sempat berlari keluar dari rumah sehingga tidak tertimbun puing-puing. “Kejadiannya sih begitu cepatlah gitu, istri saya pun sebenarnya baru mendengar suaranya dulu ga tau itu mau gempa, untungnya anak-anak ada di pinggir, langsung di ambil, baru langsung ambruk”, ungkap Asep.
Sudah sejak kecil Asep tinggal di Desa Suka Jaya, namun belum pernah ia merasakan gempa seperti yang terjadi 21 November 2022 lalu. “Kalau untuk sebesar ini belum pernah, kalaupun ada gempa biasa”, disampaikannya.
Setelah bertahan 1-2 hari di jalanan, Asep dan warga lainnya mulai memasang tenda darurat, “Pas 1-2 hari kita bangun sendiri. Makanan 1-2 hari kita agak kesulitan karena stok makanan di rumah sudah lenyap di telan gempa. Hari ke 2-3 bantuan masuk dari para donatur”, ungkapnya.
Rumah Asep hancur berkeping-keping. “Hancur semua, puing-puing aja semuanya”. Asep berharap segera dapat membangun kembali rumahnya. Beruntungnya, ia mendapatkan paket ESK (Emergency Shelter Kits) dari Habitat Indonesia dan CRS berupa cangkul, sekop, roda dorong, dan lainnya. Istri Asep mulai membersihkan sisa reruntuhan. “Kalau alat itu tadinya ga ada mungkin kesulitan. Kita ga ada alat-alat. Mungkin alat seadanya, ya bisa lah cangkul, tapi kan orang lain juga pasti pada make”, ungkapnya.
Asep merasa sangat terbantu, “Alhamdulillah kepake semua alatnya”. Kedepan, alat-alat itu akan Asep gunakan sebagai inventaris. Semangat Asep tidak padam, “Yang membuat saya tetap semangat, pas lihat anak dan istri udah selamat. Rumah hancur gapapa yang penting keluarga ada”, katanya.