Satu Nusa Satu Rasa Membangun kembali NTT

Satu Nusa Satu Rasa Membangun kembali NTT

“Malam itu hujan deras dan banjir tiba-tiba datang. Saya lihat barang-barang di dapur sudah terbawa air. Suami saya bilang: “kamu pergi” tapi saya tidak tahu harus lari kemana. Karena takut …..”.

Derai air mata dan duka mendalam masih dirasakan masayarakat Nusa Tenggara Timur akibat badai tropis yang menerjang dan meluluhlantakkan kehidupan mereka beberapa waktu yang lalu.

Dikutip dari data BNPB per tanggal 25 April 2021. Dampak akibat bencana siklon tropis Seroja adalah 182 orang meninggal, 184 orang terluka, 54.000 rumah terkena dampak dan 474.492 orang yang tekena pengaruh akibat bencana ini. Kondisi bencana di tengah pandemic menambah kegentingan situasi lantaran untuk sementara masyarakat tinggal di tempat pengungsian atau rumah yang fasilitas nya kurang baik sehingga dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwa mereka.

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, tim Habitat for Humanity Indonesia sampai di Waiburak dan Waiwerang desa di Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Beberapa warga bercerita bahwa kejadian banjir yang melanda mereka begitu mengerikan.

“Malam itu hujan deras dan banjir tiba-tiba datang. Saya lihat barang-barang di dapur saya sudah terbawa air. Suami saya bilang : “kamu pergi”, tapi saya tidak tahu harus lari ke mana. Karena takut ke pantai saya lari ke gunung. Saya sudah pasrah saja kalau memang ini sudah ajal saya. Setelah beberapa saat saya dengar semua orang mulai berteriak mencari keluarga mereka yang tercerai berai. Akhirnya kami mencari tempat pengungsian. Saya sedih banyak orang di desa ini tidak ada tempat tinggal lagi”, cerita Hasna warga Waiburak.

Keluarga Andreas merupakan salah satu dari ratusan keluarga lainnya yang mengungsi ke pondok-pondok di tengah ladang yang biasanya digunakan untuk menyimpan hasil tani mereka. Tempat tersebut hanya merupakan gubug kecil tanpa dinding dan kamar. Tiga keluarga tinggal di satu pondok berukuran 2×2 meter tanpa listrik, akses air bersih dan kamar mandi. Keluarga Andreas terdiri dari 12 orang dan 8 diantaranya adalah anak-anak berusia 4 -12 tahun.

Bagi keluarga-keluarga di NTT yang terdampak bencana akibat Badai Seroja, situasi hidup masih menekan dan membuat mereka menderita karena harus tinggal di tempat pengungsian atau ke rumah kerabat mereka yang bahkan ada yang sampai lebih dari 3 kepala keluarga tinggal di satu rumah. Hal ini dapat menimbulkan masalah baru karena kondisi tempat tinggal yang tidak ideal.

Berkat aksi peduli sahabat Habitat ada 121 kepala keluarga di Desa Amakaka Kec. Lembata NTT yang dapat menggunakan bantuan Emergency Shelter Kit yaitu perkakas yang memudahkan mereka dalam menyiapkan pondok-pondok sebagai tempat pengungsian mereka lebih aman dan nyaman sambil menunggu penyediaan tempat tinggal bagi mereka.

Hunian bukan sekedar bangunan melainkan proses pemulihan bagi setiap keluarga setelah apa yang mereka lalui. Bersama Habitat for Humanity Indonesia, Sahabat Habitat diajak untuk ikut dalam aksi nyata membangun kembali NTT.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *