Siang Tidak Terlalu Panas, Malam Tidak Terlalu Dingin

Siang Tidak Terlalu Panas, Malam Tidak Terlalu Dingin

Gempa berkekuatan 5,6 Magnitudo yang melanda Cianjur November 2022 lalu tak luput menimpa keluarga Nani Sumarni, meski perempuan berusia 40 tahun yang baru saja ditinggal meninggal oleh suaminya. Siang itu, Nani berada di rumah dan hendak sholat dzuhur. Tiba-tiba gempa mengguncang rumahnya yang berada di Kampung Barukaso, Desa Sukajaya, Kab. Cianjur. Tembok rumahnya runtuh dan menimpa punggungnya. Walaupun dirinya sedang dalam kondisi hamil 9 bulan dan tidak lagi didampingi suami, Nani berjuang menyelamatkan dirinya. “Saya berusaha keluar dari reruntuhan dengan mengangkat tembok yang menimpa saya”, kata Nani.

Pascagempa, Nani yang sedang hamil bersama anaknya, Razza (11), yang masih kecil terpaksa tinggal di tenda kecil berukuran 5x3M. Tenda tersebut sangat memprihatinkan karena dindingnya masih terpal dan lantainya terbuat dari tanah. Sepuluh hari setelah gempa, Nani melahirkan seorang putri di rumah sakit. Usai perawatan di rumah sakit, Nani pulang ke tenda darurat bersama anaknya yang kini menjadi 2 orang. Kondisi tenda yang ala kadarnya sangat mengancam kondisi kesehatannya terutama anaknya yang masih bayi. “Lebih dari 4 bulan kami tinggal di tenda. Rasanya tidak nyaman. Siang hari terasa sangat panas, malam hari terasa sangat dingin. Saat angin kencang apalagi hujan lebat disertai guntur dan petir, saya takut tenda ini rubuh,” ungkapnya.

Sejak ditinggal suami, Nani belum memiliki pekerjaan menetap. Ia hanya bekerja sebagai buruh yang berpenghasilan tidak lebih dari Rp 500.000,- tiap bulan. Demi bertahan menghidupi keluarganya, Nani pun bergabung menjadi salah satu anggota program CVA dari Habitat dan Tithe, yaitu kegiatan padat karya yang memberdayakan setiap pesertanya bergotong royong membersihkan puing-puing gempa. Melalui kegiatan yang bersistem Cash for Work itu, Nani pun menerima upah sekitar Rp 120.000,- 130.000,- per hari. Penghasilan itu diperolehnya selama 5 hari di awal dan 5 hari di akhir program. Setidaknya, saat pekerjaannya tidak stabil, Nani memiliki uang pegangan dari kegiatan padat karya yang ia dapat gunakan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. 

Nani sangat bersyukur atas program Habitat dan Tithe yang tidak hanya menyediakan hunian sementara bagi keluarganya tetapi juga penghasilan harian di masa sulit. “Alhamdulillah, saya sudah punya hunian sementara yang sangat bagus. Rasanya sangat sejuk karena atapnya lebih tinggi. Kamarnya ada jendela dan pintunya. Saya dan anak-anak bisa beristirahat dengan aman dan nyaman di siang dan malam hari. Tidak hanya itu, saya juga mendapatkan pekerjaan dan penghasilan dari program Habitat dan Tithe”, ungkap Nani.

Di hunian sementara yang ditempati Nani, bayinya dapat tinggal dan tumbuh lebih aman. “Bayi saya tidak sakit-sakitan, mengingat bayi yang lain yang masih ada di tenda darurat rentan sakit. Terima kasih Habitat dan Tithe yang sudah membangun hunian sementara bagi saya dan keluarga. Saya merasa sangat senang bisa tinggal di hunian sementara sebagus ini sekarang”, tutup Nani dengan haru.